Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Dilema Wanita Usia 22 almost 23 ;)

Orang tua jaman dulu bilang kalo umur segini udah pantes gendong anak :v Paradigma yang jadul tapi ada baiknya buat hidup kedepan sepertinya. Ini hasil analisis pribadi tentang mengapa wanita usia 23 sudah menikah dan menjadi seorang isteri (gue belum, hiks) 1. Desakan Orang Tua Ini nih yang paling gak bahagia kalo udah dikejar-kejar oleh orang tua. Setiap kesempatan selalu disindir tentang kapan menikah. Mereka menganggap saat anaknya sudah menikah, maka mereka merasa lega dan telah berhasil menjadi orang tua (Ibu Bapak saya yang bilang). Akhirnya desakan itu mendesak wanita dan pasangannya untuk cepat menikah.  2. Alasan kedewasaan  Wanita cepat menua (katanya) dibandingkan pria. Bukan hanya dari tekstur muka or fisik, tapi juga masalah emosi dan kepribadian. Saya secara pribadi gak bisa tujukkan sumber yang bener-bener membuktikan, namun menurut pembelajaran dan situs-situs (.com) yang saya coba ikuti mengatakan memang wanita pada usia yang sama sudah terlebih ...

Reflection as a Single Fighter, Homeroom Teacher

Anw, jika saya sudah menulis ini dan mengunggahnya, pastikan ini bukan hanya curhatan saya, tapi juga berbagi hidup oleh siapapun yang membacanya. Saya mengetahui bahwa yang saya tulis adalah seputar kehidupan saya sebagai seorang guru, tetapi saya rasa ini bukan untuk dibaca seorang guru saja. Saya juga belajar tentang hidup lewat anak-anak dan orang lain yang lebih dewasa. J Sedikit pengantar, sembilan bulan lamanya sudah berlalu sejak saya officially menjadi seorang guru. Sejak 9 bulan lamanya juga saya diberi kesempatan untuk menjadi homeroom teacher dari kelas 7. Tentu sebagai guru yang masih hangat gelarnya, hal ini adalah hal baru bagi saya. Saya dipercaya oleh sekolah untuk berada di kelas 7 (SMP) yang notabene sebagian besar siswa bukan berasal dari siswa SD Lentera. (OMG) Pusing sekali ternyata. Yang ada dalam benak saya di awal semester, saya sangat senang karena (wah..) saya hanya menghadapi kelas 7 (beruntung tidak di kelas 12). Namun pergolakan tetap ada hari demi ...

Refleksi Profesional Development: Penilaian Menuntut Intensional dan Perencanaan Ebenhaezer-Edisi April 2017

Bergabung di unit SLH Palopo, belajar dari karakter setiap pribadi, dan terus menerus diperlengkapi sebagai seorang guru Kristen yang dewasa merupakan suatu hal yang saya syukuri di tahun pertama saya sebagai seorang guru. Bukanlah hal yang mudah ketika diutus menjadi seorang guru, saya rasa kita semua mengalaminya. Banyak sekali tantangan dan strategi praktis perlu diperhatikan dalam mempersiapkan siswa sebagai murid Kristus yang sejati. Bukankah itu tujuannya? Kedatangan tim PDCE dari SDH Manado, Bapak Denny dan Ibu Indri, juga merupakan semangat yang terus menerus ada bagi kami untuk belajar, bukan hanya mengenai profesi kami tetepi juga perubahan budi yang holistik. Jika saya diberi pertanyaan mengenai hal tersulit, sampai saat ini rasanya tidak mudah untuk melakukan penilaian. Manusia cenderung memiliki subjektifitas terhadap beberapa hal, termasuk saya. Ketika saya dituntut untuk mengajar Bahasa Indonesia, semakin menjadi tantangan terberat bagi saya untuk melawan subjektifi...