Pendahuluan
Betapa
bersyukurnya saya berada ditengah2 kondisi seperti ini, sekarang ini. Secara
resmi, setelah 4 tahun berjalan, kini saya akan menyandang gelar S.Pd., B.Ed
dari Universitas Pelita Harapan Tangerang pada 15 Juni 2016 mendatang. Saya
merasakan penyertaan Tuhan yang melampaui apa yang saya pikirkan sebelumnya.
Tuhan yang tuntun saya untuk dapat melalui semua tempaan beban dan terpaan
badai yang sangat kuat. Saya merasakan kalimat “It is only by His Grace” bukan
suatu kata yang klise diucapkan, namun memiliki arti sebagai kekuatan yg
berasal dari Tuhan saja. Bacaan ini bukan untuk kepentingan finansial or
paksaan, tapi ucapan syukur karena saya mengalami Tuhan dalam hidup saya
bertumbuh menjadi seorang Kristen yg dewasa.
Momen kairos
Ada
dua jenis waktu yg saya kenali. Kronos dan kairos. Kronos adalah waktu yg
diberikan Tuhan dengan detik, menit, dan jam yg berlalu dengan konstan dan
memiliki kronologi atau urutan peristiwa yg semestinya terjadi. Sementara
kairos, waktu Tuhan yang special, digunakan manusia untuk mengenang kebaikan
Tuhan, yg tidak berlalu begitu saja, namun dalam setiap detik memiliki detil yg
indah untuk diingat dan disyukuri. This is it!
Tuhan
kasih kesempatan buat saya untuk dapat melanjutkan jenjang perkuliahan di
Universitas Pelita Harapan Tangerang (biasanya orang awam bilang, UPH ada di
Jakarta, haha). Hal yg dapat saya lihat dari karya Tuhan adalah mengenai
“panggilan” atau “calling” seorang manusia, termasuk saya. Menggumuli panggilan
memang bukanlah hal yg gampang dan dapat dilakukan dalam waktu yg singkat.
Panggilan ini bahkan masih saya cari secara spesifik hingga saat ini untuk
mengerti apa maunya Tuhan dalam hidup saya.
Awal
motivasi menjadi seorang guru adalah (failed
banget), kehendak ortu doang sih (haha). Bisa gila sambil geleng2 kepala kalo
sekarang ngeliat perbandingan minat awal daftar dibanding sekarang. Memang
bener2 gak bisa lepas dari karya Tuhan, paksaan toh dipake sama Tuhan buat
membentuk saya jadi pribadi yg tangguh sekaligus memiliki hati yg lunak. Awal
ditanya alasan menjadi guru aja sok2 bangga karena bisa ajarin anak2 supaya
pinter (bahkan sekarang paradigma itu sudah bergerak lebih luas). Cukup
bersyukur awalnya dapet beasiswa 100% begini. Mana ada Univ lain yg mau kasih grace sekece’ ini. Kebahagiaan di awal
tahun dan masuk UPH ya hanya karena merasa bangga bisa kuliah pake beasiswa,
100% lagi kan (merasa tersanjung kala itu). Masuk UPH juga gampang banget hidup
dengan fasilitas yang ada (hubungi saya kalo berminat tau, but googling is enough lah ya). Namun semuanya seolah terabaikan
dengan adanya kompensasi balik atau resiprokasi untuk setiap lulusan beasiswa
setelah menempuh studi S-1. Jadi berasa saya harus bayar hutang gitu, bukan
bener2 beasiswa. Lewat ini semua karakter saya diubah.
Progress
1. ,Antre. Kata ini mulai saya pelajari sejak saya hidup di asrama untuk
pertama kalinya di UPH. Mana ada ceritanya mau apa2 gak antre. Contoh aja deh
dari pagi harus antre kamar mandi, antre ambil makan, antre tunggu lift, dsb.
Kan anak asrama banyak, jadi saya belajar banget dari budaya antre yg melatih
saya disiplin mengatur segalanya. Sekali ketemu dengan org yg gak bisa antre, pengen
banget lehernya diiket pake batu kilangan terus nyemplung ke laut (hihi, gak
sekejam itu juga sih). Tapi bener dah, budaya antre jadi mendarah daging dan
gak bisa kalo gak diterapkan dalam hidup saya. Wong siswa saya aja jalan di
koridor harus baris kebelakang biar rapi ;).
2. .Toleran. Hal ini juga saya
pelajari dalam komunitas asrama. Kalo mau tau, kami selalu pindah setiap 1
tahun sekali. Jadi total saya harus adaptasi dengan org2 yg berbeda sudah kali ke-4.
Nah, kalo gak ada toleran, gimana lanjutin hidup dengan org yg keras kepala dan
seenaknya??! Bisa2 perang dunia kalo ikutin maunya masing-masing. Saya org yg
terbiasa mematikan lampu kalo tidur, harus toleran sm temen kamar yg gak bisa
banget lampu mati :(. Yah, begitu dah, ini membuat saya belajar bahwa Kristus
juga selalu memberi dirinya untuk org lain kok, gak pernah mentingin diri
sendiri. Cintanya itu loh, sampe gak kebayang di otakku dan sungguh Dia
mengasihi manusia, bahkan org2 yg kontra sm Dia.
3. Kami punya kewajiban bekerja
selama 2000 jam selama masa perkuliahan yg harus dan wajib dipenuhi sebagai
syarat kelulusan kami. Hitung sendiri ya berapa jam/hari kami harus bekerja
mengatur waktu kami dan menyisihkannya untuk bekerja memenuhi 2000 jam tanpa
dibayar (kalo berminat tanya2 ini langsung komen or tanya saya). Saya rasa ini
kegiatan yg menghambat saya belajar, bahkan sempat tersendat untuk memenuhi
2000 jam ini hingga tuntas. Tapi lagi lagi Tuhan yg bantu saya untuk benar2
selesai memenuhi kewajiban ini. Kewajiban ini biasa kami sebut SoW (Student on
Work). Saya belajar melalui ini, saya dituntut menjadi pribadi yg bertanggung
jawab atas pekerjaan yg saya kerjakan sekaligus bertanggung jawab untuk
mengatur waktu dan kesempatan untuk ditata dengan baik. Tujuan yayasan
mengadakan ini juga saya sadari untuk membangun karakter kerja keras dan ready
di lapangan kerja yg akan kami garap.
4. Komunitas. Banyak banget
komunitas yg saya temukan selama masa studi 4 tahun. Di awal sih saya pernah
mikir kalo perkumpulan2 begitu gak ada gunanya yg bakal ngefek di hidup saya. Ternyata
Tuhan ubah dari mind set sebelumnya.
Coba saya sebutkan ya, beberapa komunitas yg saya ikuti selama ada di UPH,
yaitu komunitas kamar (yg ganti tiap tahun), komunitas balkon (yg pastinya juga
ganti tiap tahun), komunitas kelas, komunitas Care Group (biasanya hanya 18 orang dan digunakan sebagai kelompok
tumbuh bersama yg dikepalai oleh seorang leader
Care Group), komunitas jurusan pendidikan matematika, komunitas cohort (angkatan 2012), komunitas
domisili (kalo aku ya komunitas anak2 lampung), komunitas gereja dimana aku
bergereja, komunitas anak2 labil (haha), maksudnya temen2 deket, yg selalu
deket dr asrama dan deket dihati, selalu pro atau kontra dimomen yg pas, bantu saya
lebih mengerti sistem hidup di dunia ini (hihi). Semuanya menurut saya penting.
Saya dibentuk menjadi seorang guru yg juga akan memiliki partner kerja dan
harus bersosialisasi, contoh dengan guru satu departemen mungkin, kepala
sekolah, bahkan orang tua. Sadar gak sadar, pada akhirnya saya sadar kalo ini
semua membantu saya dari pribadi yg introvert
akut jadi bisa ngomong, at least
di depan kelas (yg semula aku anggep itu serem banget).
5. Praktikum. Gak tau sih anak2
FIP sebut ini apa, semacem magang, PKL, PPL, etc lah ya. Tapi di UPH TC
mahasiswa dikasih kesempatan buat belajar langsung ke sekolah yg dateng sebagai
seorang guru. Yah inilah praktikum kami, di semester 3,6, dan 7. Lewat
praktikum ini, saya merasa bersyukur sangat dibekali oleh UPH untuk
mengembangkan potensi sebagai guru yg bertaraf internasional. Saya banyak
mendapatkan kesempatan mendapatkan Mentor atau guru pendamping saat praktikum
yg menginspirasi bagaimana saya menggeluti panggilan sebagai seorang guru.
Lewat praktikum juga pada akhirnya saya bisa belajar banyak banget tentang
sistem persekolahan. Puji Tuhan selama 3 kali praktikum saya selalu dapet
tempat yg spesifikasinya beda, jadi lebih banyak tau apa2 aja yg musti digali.
Dan yg berkesan adalah Praktikum 3 saya di Medan. Kalo bukan karena praktikum,
mungkin saya gak akan pernah ke Medan sih (haha) and ini free loh, momen kairos banget yg harus disyukuri dan dimanfaatin
buat belajar banyak. Then, saat ini
udah harus dikatakan siap jadi seorang guru, menurut surat keputusan
No.2636/YUPH/V/2016 yg saya terima, saya resmi menjadi pengajar (hoho) di
Sekolah Lentera Harapan Palopo, tepatnya di Sulawesi.
6. Mata kuliah MIT (Minor in
Theologi) sebanyak 24 SKS yg mengajari saya banyak hal mengenai Allah dan iman
Kristen. Kalo dipikir2 udah kya sekolah teologi yg bahas secara mendalam
mengenai Allah, walaupun saya tau anak Seminari lebih dalem lagi bahasnya. Tapi
saya merasa sangat2 terberkati dan terbekali dengan mata kuliah MIT ini. Saya
mengerti akan adanya Alkitab sebagai kitab yg kanonisasinya gak sembarangan, saya
belajar Allah Tritunggal adalah Pribadi yg satu dan menguasai hidup saya hingga
saat ini, saya belajar bahwa iman Kristen juga memiliki filsafat yg terus
menerus dibangun hingga saya mengerti mengapa Allah memilih Anak-Nya yg tunggal
untuk bener2 hadir bagi keselamatan. Bagi saya, mata kuliah membantu saya
membangun pengetahuan akan Allah dan perlahan bukan hanya menjadi pengetahuan
semata, ini menjadi iman saya yg terus saya hidupi. Saya mengerti bahwa saya
akan menjadi seorang guru yg menghadapi anak2 di jaman modern, hidup dengan
kebenaran2 semu, melakukan apa yg mereka rasakan penting dan menjadi prioritas.
Ditengah jaman yg semakin relatif, saya menyadari bahwa ini penting bagi saya
untuk saya dapat membagikan kepada siswa atau bahkan orang tua siswa mengenai
kebenaran mutlak yg berasal dari Allah.
7. Visi Yayasan Pendidikan
Pelita Harapan (YPPH) yg saya rasa dulu menjadi sebuah kata puitis enggan
dilakukan. Jika anda tidak mengetahui visi YPPH, let’s read this. They are
KFC :)
Bukan merk tempat makan yak, ini singkatan dari True Knowledge, Faith in Christ, and Godly Character. Kalo versi bahasa
indonesianya tuh Pengetahuan Sejati, Iman dalam Kristus, dan Karakter Ilahi.
Saya setuju dan rindu menjalankan visi ini di dalam kelas bagi siswa/i saya.
Sekolah Kristen yg dibangun oleh YPPH adalah sekolah yg bukan hanya melakukan
devosi secara kristiani, memakai atribut kristiani, dsb; melainkan YPPH
memegang teguh Firman Tuhan dalam mengaplikasikannya di kehidupan siswa. Salah
satu bentuknya adalah penyusunan kurikulum yg berdasarkan Grand Narrative iman Kristen yaitu Penciptaan, Kejatuhan,
Penebusan, dan Penyempurnaan sepanjang hidup. Ini membantu guru untuk mengerti
bahwa ilmu pengetahuan yg diajarkan oleh siswa dapat disampaikan dengan baik.
Rasanya kalo cerita mengenai ini pengen banget saya ceritakan panjang lebar.
Saya gak akan uraikan ini karena pasti akan sangat panjang, boleh hubungi saya
kalo mau tau banget ya.
8. Sekolah YPPH yg buanyak
banget di seluruh Indonesia. Kehadiran 10 sekolah baru tepat pada Dies Natalis TC memberikan saya spirit
baru sebagai salah seorang penggarap (guru). Awalnya saya sangat takut akan
ditempatkan dimana. Ekspektasi tahun awal yah seputar daerah yg gak jauh2 dari
lampung pastinya. Saya berubah. Sejak saya juga menggumuli panggilan ini, saya
terus menerus berubah dalam memandang segala sesuatu. Diawal saya pikir Papua
adalah tempat yg menyeramkan, jauh sekali dengan tempat nyaman, juga daerah2
pelosok yg lain sehingga saya enggan pergi. Saya justru semakin lama menyadari
bahwa Tuhan turut bekerja bagi pelayanan yg saya ambil, dimanapun dan kemanapun
Tuhan pasti turut serta. Tugas saya sebagai seorang guru adalah mendidik jiwa. Bukankah
di daerah lebih membutuhkan saya yg kecil dibanding di kota yg harus bersaing
dengan orang yg besar?! Saya yakin tuaian jiwa lebih berharga dari barang
apapun. Saya merasa memiliki keuntungan lebih daripada sekedar materi yg tak
seberapa (dan saya yakin Tuhan cukupkan). Tuhan merubah saya yg materialistis
menjadi seseorang yg mau menggumuli panggilan hidup bagi pendidikan Indonesia.
Ladang menguning namun tidak ada pekerja, mungkin itu yg saya pikirkan. Trelalu
banyak anak Indonesia yg butuh pendidikan, namun sedikit guru yg dapat menjadi
teladan dan memberikan dampak. Saya mau dan sekarang saya siap. Coming Soon SLH Palopo, Sulawesi Selatan,
yg akan sangat jauh dari org2 terkasih di Lampung, dan akan senantiasa
merindukan kalian.
Penutup
Yakobus 3:1 said saudara-saudaraku, janganlah banyak
orang diantara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita
akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
Gimana gak shock
pertama kali dikasih Firman ini saat kelas semester pertama?! Hm, kalo
tanpa pikir panjang, pasti udah resign duluan
dari UPH karena takut sm statement Firman
yg satu ini. Tapi semakin lama semakin mengerti bahwa Tuhan mau ingetin kita
hati-hati dengan lidah. Saya yg notabene seorang guru bakal terus menerus
berurusan dengan lidah pastinya kan?! Guru dituntut oleh Tuhan menjadi
menyampai berita yg baik. Karena saya lulusan UPH yg punya visi KFC, saya punya
tanggung jawab untuk mengabarkan pengetahuan yg sejati, yg gak ngada2, yg tepat
secara ilmiah dan benar secara Alkitabiah. Saya juga punya tugas untuk
membangun karakter siswa secara ilahi melalui pengenalan akan Kristus dan karya
keselamatan-Nya. Beraaaaaaat banget! Sungguh ini berat!
Tapi yg menguatkan dan meneguhkan saya setelah
berlama2 mengerti maunya Tuhan, ini harus dikerjakan bagi Injil Kristus dan
Indonesia pastinya. Kalo mau tau, saya adalah anak bangsa yg cinta banget sm Negara
saya, Indonesia. Saya Cuma bisa bantu Indonesia mendidik anak2 yg saya ajar
supaya mereka juga dapat berbakti pada negaranya, hanya itu. Yesus yg adalah
Guru, penyampai sumber kebenaran sampai saat ini menjadi inspirasi bagi saya
untuk terus mengerjakan panggilan ini bagi anak2 Indonesia. Kemanapun dan
Dimanapun.
Apakah bebanmu bagi Negara ini? Lakukan sesuai dengan
apa yg kamu cita-citakan, dan buat Tuhan bangga karena kamu milik-Nya (not boasting only)
Yeremia 29:7 Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu akan Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu
kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Tuhan memberkati J
Blog Anda membuat saya menjadi semakin yakin untuk menjadi seorang guru (awalnya masih ragu-ragu) dari antara pilihan profesi yang lainnya. Tapi saat ini saya masih mencari-cari panggilan hidup saya, apakah saya memang cocok menjadi guru??
BalasHapus