Memang kalo udah ada postingan baru di blog, tandanya saya
sedang merasa buruk sekali. Sempat terpikir beberapa kali mau tulis tentang
beberapa sukacita yang datang terus menerus, tapi rasanya cukup untuk dibagikan
dengan orang lain secara verbal.
Bulan lalu, saya merasa punya spirit yang lebih ketika
menghitung sepanjang 5 tahun masa pengenalan saya dengannya. Saya merasa
semakin yakin untuk tetap bertahan sekaliapun banyak hal yang kurang cocok
diantara kami. Hari itu, saya mencoba mencari waktu terbaik (seperti biasa yang
saya lakukan) untuk pembicaraan yang serius mengenai kelanjutan hubungan kami.
Saya tidak tau pasti, pada akhirnya sulit bertemu via telepon malam itu.
Sepertinya bukan lagi sedih, tapi kali ini saya merasa punya suatu harapan yang
sama dengan dia yang begitu antusias dan menjaga hubungan ini tetap berjalan. Jadi
saya rasa cukup untuk tidak memaksanya melakukan perbincangan malam itu.
Tidak tau persisnya kapan, kami dalam waktu dekat ini sering
bicara, bertukar pikiran, saling mengevaluasi, saling melihat lebih luas
mengenai kami dan relasi kami. Sampai kepada satu titik, dia menemukan
“perbedaan” yang begitu besar katanya. Awalnya, saya merasa senang akhirnya dia
menyadari apa yang saya pikirkan beberapa tahun lalu mengenai ketidakcocokan
karakter kami. Tapi lama-lama itu berubah menjadi statement yang exactly
tidak bisa jalan seiring lagi. Momen ini puncak ter-ekstrem bagi saya mengenai
kami. Bagaimana mungkin saya bisa menerima bagitu saja, sementara saya sudah
hampir selesai membangun menara yang tinggi. Seperti runtuh sampai dasarnya dan
pada akhirnya mulai mencari satu demi satu.
Sempat beberapa pertanyaan muncul setelah kami selesai kali
ini. Apakah hanya perbedaan karakter yang terus melilit kami sehingga
sedemikian rupanya tidak bisa diperjuangkan kembali? Apakah dia hanya
mengungkapkan sepersekian dari perbedaan kami? Saya tidak tau jelas apakah
masalah denominasi gereja berarti kami tidak satu iman dan tidak sepadan? Saya
kurang mengerti apakah pihak orang tua yang berbeda dalam memandang kehidupan
adalah suatu hal yang patut disinggung berlebihan? Bukankah pada akhirnya cinta
akan selalu menemukan jalan untuk bersama dan melampaui kesulitan-kesulitan
bersama? Apakah kesadaran ini sebenarnya sudah disadarinya juga dari dulu,
namun sekarang waktu yang tepat untuk pergi meninggalkan saya? Adakah orang
lain diantara kami yang ikut ambil bagian memperkeruh situasi? Atau mungkinkah
orang lain itu pelariannya? Mungkin juga bisa dijadikan pendamping hidupnya
yang terbaik.
Saya rasa ini sudah bukan cinta lagi. Sudah berpindah kepada
hal lain atau orang lain bisa jadi. Jika memang itu yang terjadi, setidaknya
saya sudah melakukan bagian yang seharusnya. Tetap menjadi setia dalam perkara
ini selama 5 tahun, walaupun saya pernah jatuh dan sesat. Mungkin memang ini
momennya yang pas sekali antara keraguan terhadap hubungan ini dan sekaligus
kepastian jika ini bukan cinta.
Semoga memang perbedaan yang dia ungkapkan saja ya yang
menjadi latar belakang kejadian ini. Alasan ini pasti akan menjadi berat (lagi)
untuk saya menemukan kembali pria lain. Namun jika yang terjadi memang seputar
pertanyaan-pertanyaan saya, saya pasti bisa untuk mengakhirinya dengan baik.
The best part and
respect for his decision.
Komentar
Posting Komentar