Langsung ke konten utama

Saga Enam Kata

Resume and Reflection
The End of Me Chapter 2: Berdukacita supaya Berbahagia

Mari mulai dengan membuat sebuah kalimat yang terdiri dari enam kata untuk menggambarkan sebuah kisah hidup pribadi yang menyentuh!
Misalnya,
Harapan yang pupus dalam sebuah kepercayaan.
Tekanan pekerjaan ini menjadi faktor utama.
Posisi anda sudah tidak dibutuhkan lagi.
Taburkan bunga di atas peti matinya. 
Aku pergi, pernikahan ini sudah berakhir.

Kalimat-kalimat tersebut memiliki kekuatan tersendiri akibat dari jiwa yang bergejolak menghadapi penderitaan. Dalam buku ini, sebuah penderitaan atau dukacita digambarkan seperti seseorang yang terbangun dari mimpi indah. Orang bilang, hidup memang hanya sebatas mimpi. Tapi jika memang benar demikian, ternyata ada terlalu banyak hal yang membuat kita terbangun secara tiba-tiba. Terjaga adalah sebuah gangguan yang menyebalkan. Terjaga artinya kehilangan sesuatu yang berarti.

Yesus di atas gunung memulai kotbahNya dengan Ucapan Bahagia. Bahagia? Jika dipikirkan bahwa manusia pasti terjaga dari mimpi indah, mana mungkin sebanyak orang itu datang dengan hati yang berbahagia?
Berbahagialah orang yang berdukacita, Karena mereka akan dihibur (Mat. 5:4). 
Bahkan tidak ada yang bisa dibanggakan dari sebuah dukacita yang menyelimuti!

Sebuah paradigma yang perlu dipahami ketika banyak orang mendengar ucapan bahagia ini. Orang yang berbahagia bukanlah orang yang memiliki segalanya dan mendapatkan semua keinginannya. Kita perlu belajar beberapa hal.

1. Berdukacita atas keadaan kita
Ini adalah perusak mimpi yang membangunkan kita pada saat-saat yang paling tidak tepat. Mereka langsung saja mendobrak pintu, masuk tanpa permisi. Sesuatu yang berada di luar kendali kita mengubah segalanya. Ketika banyak orang yang datang untuk sesekali bercerita tentang pergumulannya, ingin rasanya saya memberikan beberapa tips untuk menyelesaikan permasalahan, namun selalu tidak bisa memberikan jalan keluar yang pasti. Yang dimaksudkan Tuhan dengan dukacita bukanlah "ujian karakter sesaat" seperti keliru memasang jam alarm, salah masuk kelas, atau lupa membawa uang ketika berbelanja bukan? Tuhan sedang berbicara tentang momen-momen dimana kita sampai pada titik akhir dari kehidupan kita. Penderitaan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang terjadi di dalam batin kita saat mengalami penderitaan besar dan kepedihan mendalam, mengguyurkan air mata yang tidak tertahan, juga mengenai kesedihan yang membawa rasa sakit di dalam hati. Kita tidak bisa mengubahnya, memisahkan dari konteks, atau memutarbalikkan tanpa Yesus sendiri yang melakukannya. Ketika kita berdukacita, menjadi sukar, mengalami penderitaan paling dalam yang pernah kita alami, sampai kita menyadari kita berada pada ujung akhir dari diri kita, maka saat itulah kita berbahagia dan merasa diberkati. Pesan yang disampaikan Yesus dalam kotbahNya berarti bahwa berkat tidak bergantung pada apa yang terjadi di luar. Berkat bersumber pada apa yang terjadi di dalam dan memang ada berkat yang hanya bisa ditemukan lewat tumpahnya air mata. Don't worry!

2. Diberkati oleh karena kehadiran Allah
Ayub adalah salah satu tokoh yang menjadi bahan studi kasus tentang iman dalam penderitaan. Ayub diberi kesempatan untuk melahap habis "penderitaan" itu. Poin penting dari hal ini adalah Ayub bukan hanya mendengar Tuhan itu baik, namun lebih daripada itu, ia mengalami Tuhan melalui setiap penderitaan. Dengan cara yang tak terpahami, penderitaan menciptakan ruang di dalam roh kita,  sehingga kita mengerti dan mengalami berkat dan damai sejahtera serta kehadiran Allah. Tanpa penderitaan, kita tidak akan memahami penghiburanNya.

3. Peluklah penderitaan itu
Jika sedih, pasti terpikir bagi kita untuk cepat keluar dari kesedihan yang membelenggu. Sering kita mencari dan melakukan segala sesuatu yang mampu untuk mengelak dari dukacita tsb. Nonton, belanja besar-besaran, makan-makan, dsb. Namun semakin lama hal-hal demikian justru tidak mengobati inti dari penderitaan itu. Kita terlalu menganggap enteng dan seolah mengabaikan dan ingin melupakan. Allah ingin kita "menikmati" penderitaan dengan cara yang baik. Bagi orang yang mengikut Yesus, kita harus percaya bahwa penderitaan yang kita alami tidak terbuang percuma. Ada berkat yang kelihatannya tidak logis, hanya perlu menemukan berkat dengan cara menelusuri sampai ke kedalaman palung yang paling dasar, menjelajah jauh sampai bagian tergelapnya, dan menemukan sebuah refleksi hidup untuk mengambil keputusan yang berhikmat. Disitulah berkat Tuhan ada.

Lalu, apakah yang bisa kita tulis dalam saga enam kata jika Tuhan mengizinkan kita untuk mengungkapkan harapan atas dukacita kita sehingga menemukan kebahagian sejati dariNya?

Saya memulainya dengan;
Allah tidak akan mengabaikan penderitaan saya.
Allah tidak akan membiarkan saya sendirian.
Allah menolong saya memilih keputusan tepat.
Kesetiaan Tuhan membuat saya lebih belajar.
Penderitaan saya adalah jembatan menuju sukacita.
Let's share!

-Dukacita adalah jalan menuju pada kedalaman dan kepenuhan sukacita yang ditawarkan Allah. Kita akan berjalan dalam lembah kekelaman, tapi kita tahu bahwa kita tidak akan berjalan sendiri-


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus diurapi di Betania (Yohanes 12:1-8) Melayani Tuhan atau memberikan uangnya pada orang miskin? Kasih bunga ke Ahok atau mending uangnya buat orang miskin?

Ditemukan ada dua pilihan cukup sulit ketika kita mau lihat kisah ini. (1) Maria menggunakan minyak narwastu yang mahal untuk mengurapi Yesus, atau (2) Kenapa uang dari pembelian minyak itu diberikan kepada orang miskin saja. Sekilas ide yang baik ditawarkan oleh Yudas pada saat itu. Tetapi kita harus melihat konteks pada saat itu, sehingga muncul beberapa gagasan yang patut dipertimbangkan bagi kita untuk melihat pekerjaan Maria bukan untuk menghamburkan uangnya semata. 1.       Yudas bukan orang yang jujur Seperti yang kita tahu, Yudas adalah murid Kristus yang tidak jujur (ay.6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Dia juga yang menyerahkan Yesus pada para imam untuk ditangkap di taman Getsemani. Sekilas memang idenya untuk menjual minyak narwastu dan uangnya diberikan kepada orang miskin adalah ...

Dilema Wanita Usia 22 almost 23 ;)

Orang tua jaman dulu bilang kalo umur segini udah pantes gendong anak :v Paradigma yang jadul tapi ada baiknya buat hidup kedepan sepertinya. Ini hasil analisis pribadi tentang mengapa wanita usia 23 sudah menikah dan menjadi seorang isteri (gue belum, hiks) 1. Desakan Orang Tua Ini nih yang paling gak bahagia kalo udah dikejar-kejar oleh orang tua. Setiap kesempatan selalu disindir tentang kapan menikah. Mereka menganggap saat anaknya sudah menikah, maka mereka merasa lega dan telah berhasil menjadi orang tua (Ibu Bapak saya yang bilang). Akhirnya desakan itu mendesak wanita dan pasangannya untuk cepat menikah.  2. Alasan kedewasaan  Wanita cepat menua (katanya) dibandingkan pria. Bukan hanya dari tekstur muka or fisik, tapi juga masalah emosi dan kepribadian. Saya secara pribadi gak bisa tujukkan sumber yang bener-bener membuktikan, namun menurut pembelajaran dan situs-situs (.com) yang saya coba ikuti mengatakan memang wanita pada usia yang sama sudah terlebih ...

#Lihatsaya

Resume and Reflection The End of Me Chapter 4: Otentik Supaya Diterima Posisi menjadi orang yang menang dalam pertarungan atau mungkin dalam perdebatan kecil rasanya menyenangkan bukan? Selain terlihat hebat,  kemenangan semu ini menjadi motivasi terbesar untuk diulangi lagi dikesempatan berikutnya. Begitupun ketika manusia menjalani hidup, kadang sebuah kemenangan menggiring manusia melakukan banyak hal untuk memperolehnya. Tidak jarang segala cara dilakukan dengan semangat yang totalitas dan usaha maksimal yang dikerahkan hanya untuk terlihat “hebat”, sempurna dimata orang lain. Saya gak tau Tuhan bakal tanya apa ke saya mengenai hidup saya. Mungkin pertanyaannya jadi “Seberapa hebat kamu dalam menunjukkan kehebatan yang kamu miliki” atau malah Tuhan justru tanya “Seberapa otentik kamu untuk menampilkan apa adanya dirimu dengan segala keterbatasanmu sehingga kamu mengindahkanKu”. Bukan bahasan baru bagi orang Kristen, ketidakotentikan atau kepalsuan rentan sekali terjadi....