Langsung ke konten utama

Sekuel

Bukan sering, tapi berapa kali pernah mengalami enjoy nya menyaksikan sekuel drama atau film. Meskipun tidak teralalu suka menonton, setiap kali menyimak sebuah cerita, saya selalu penasaran dengan latar belakang penulisannya. Jika saya berhenti menyaksikan, saya bisa memikirkan kira-kira apa yang saya harus pelajari ya, kalo gak gitu rasanya sayang sudah menghabiskan waktu untuk nonton tapi gak dapet apa-apa.

Perasaan yang sering muncul setelah menyaksikan sekuel-sekuel tersebut salah satunya adalah stag. Gak ngerti harus apa selain mikir. Kebawa serius. Mungkin ini juga yang saya kurang suka jika memutuskan menyaksikan film. Ada endingnya. Ending selalu berhasil membuat sebagian besar orang dapat menyimpulkan kualitas film yg ditonton. Begitupun dengan saya. Saya rasa ending sebuah film akan menjadi sebuah hal yang tidak bisa saya terima begitu saja (karena terlalu bawa perasaan). Ending sebuah cerita sadar gak sadar menggiring kita untuk membentuk perspektif baru tentang hal yang mungkin akan terjadi jika kita sang tokohnya.

Suka gak habis pikir sama film yang semua tokohnya protagonis. Damai banget tuh dunia. Tapi nyatanya enggak juga ya, justru semakin sedih nyimak endingnya. Setiap keputusan dirasa benar dan gak ada yang menyalahkan. Apapun peran yang dibawakan oleh sang tokoh memiliki peran yang penting dalam membawa emosi pirsawan. Juga dalam menyaksikan sekuel-sekuel hidup saya. Saya merasakan hal yang sama, selalu gak siap sama ending. Bahkan mungkin bisa sampai jd depresi kalo endingnya gak ciamik. Saya rasa tokoh-tokoh yang berperan adalah tokoh yang protagonis, jadi terkesan "gak ada yang salah, semua tokoh punya pembenaran masing-masing dan gak masalah". Semoga ending yang membuat shock ini, juga bisa mengajarkan betapa berharganya skenario yang ditulis Tuhan bukan hanya bagi saya (sebagai tokoh utama versi saya), tapi juga tokoh-tokoh protagonis yang lainnya.

21:41

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus diurapi di Betania (Yohanes 12:1-8) Melayani Tuhan atau memberikan uangnya pada orang miskin? Kasih bunga ke Ahok atau mending uangnya buat orang miskin?

Ditemukan ada dua pilihan cukup sulit ketika kita mau lihat kisah ini. (1) Maria menggunakan minyak narwastu yang mahal untuk mengurapi Yesus, atau (2) Kenapa uang dari pembelian minyak itu diberikan kepada orang miskin saja. Sekilas ide yang baik ditawarkan oleh Yudas pada saat itu. Tetapi kita harus melihat konteks pada saat itu, sehingga muncul beberapa gagasan yang patut dipertimbangkan bagi kita untuk melihat pekerjaan Maria bukan untuk menghamburkan uangnya semata. 1.       Yudas bukan orang yang jujur Seperti yang kita tahu, Yudas adalah murid Kristus yang tidak jujur (ay.6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Dia juga yang menyerahkan Yesus pada para imam untuk ditangkap di taman Getsemani. Sekilas memang idenya untuk menjual minyak narwastu dan uangnya diberikan kepada orang miskin adalah ...

Dilema Wanita Usia 22 almost 23 ;)

Orang tua jaman dulu bilang kalo umur segini udah pantes gendong anak :v Paradigma yang jadul tapi ada baiknya buat hidup kedepan sepertinya. Ini hasil analisis pribadi tentang mengapa wanita usia 23 sudah menikah dan menjadi seorang isteri (gue belum, hiks) 1. Desakan Orang Tua Ini nih yang paling gak bahagia kalo udah dikejar-kejar oleh orang tua. Setiap kesempatan selalu disindir tentang kapan menikah. Mereka menganggap saat anaknya sudah menikah, maka mereka merasa lega dan telah berhasil menjadi orang tua (Ibu Bapak saya yang bilang). Akhirnya desakan itu mendesak wanita dan pasangannya untuk cepat menikah.  2. Alasan kedewasaan  Wanita cepat menua (katanya) dibandingkan pria. Bukan hanya dari tekstur muka or fisik, tapi juga masalah emosi dan kepribadian. Saya secara pribadi gak bisa tujukkan sumber yang bener-bener membuktikan, namun menurut pembelajaran dan situs-situs (.com) yang saya coba ikuti mengatakan memang wanita pada usia yang sama sudah terlebih ...

#Lihatsaya

Resume and Reflection The End of Me Chapter 4: Otentik Supaya Diterima Posisi menjadi orang yang menang dalam pertarungan atau mungkin dalam perdebatan kecil rasanya menyenangkan bukan? Selain terlihat hebat,  kemenangan semu ini menjadi motivasi terbesar untuk diulangi lagi dikesempatan berikutnya. Begitupun ketika manusia menjalani hidup, kadang sebuah kemenangan menggiring manusia melakukan banyak hal untuk memperolehnya. Tidak jarang segala cara dilakukan dengan semangat yang totalitas dan usaha maksimal yang dikerahkan hanya untuk terlihat “hebat”, sempurna dimata orang lain. Saya gak tau Tuhan bakal tanya apa ke saya mengenai hidup saya. Mungkin pertanyaannya jadi “Seberapa hebat kamu dalam menunjukkan kehebatan yang kamu miliki” atau malah Tuhan justru tanya “Seberapa otentik kamu untuk menampilkan apa adanya dirimu dengan segala keterbatasanmu sehingga kamu mengindahkanKu”. Bukan bahasan baru bagi orang Kristen, ketidakotentikan atau kepalsuan rentan sekali terjadi....