Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Direndahkan supaya ditinggikan

Resume and Reflection The End of Me Chapter 3: Direndahkan supaya ditinggikan Ketika dunia menawarkan hal-hal yang akan membawa kita untuk naik ke atas, ke tempat tinggi yang dapat dilihat semua orang, Yesus justru meminta kita untuk berada di titik rendah. Orang yang tidak dipandang, dan yang cenderung dilupakan, justru berada dalam kategori Yesus. Yesus berkata bahwa jalan menuju ke atas (surga) adalah dengan bergerak ke bawah. Kebesaran adalah kerendahan hati. Kesombongan merupakan hal yang sering tidak kita sadari. Lucunya, ketika kita merasa sudah rendah hati, justru disitulah kita sedang meninggikan diri. Orang Farisi adalah contoh orang yang tidak sadar bahwa dirinya berdosa. Orang Farisi merasa diri mereka sudah cukup benar karena menaati hukum Taurat. Tetapi sejatinya mereka lupa, bahwa merasa diri benar adalah sebuah kesalahan. Merasa diri benar adalah kesombongan besar. Acap kali melihat orang berdosa, orang Farisi justru mengucap syukur karena tidak seperti orang-...

Kita semua telah rusak (Roma 3:23)

Resume and Reflection The End of Me Chapter 1: Dihancurkan supaya dijadikan Utuh Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa kita semua telah rusak. Tapi pertanyaannya adalah apakah kita mampu mengakuinya atau tidak? Semakin kita tidak bisa melihat (menyadari) bahwa diri kita rusak, maka semakin berat kerusakan kita. Setiap orang dengan egonya masing2 pasti ingin selalu terlihat baik dan sempurna. Tetapi yang Tuhan inginkan adalah kita mengakui kerusakan kita dan menjadi apa adanya di hadapanNya. Yesus memberkati jiwa2 yang paling miskin di hadapan Allah dan menghardik jiwa2 yang paling mentereng, paling kaya, dan paling angkuh. Ketika kita sudah menyadari kerusakan kita, Yesus akan memulihkan jiwa kita. Tetapi seringnya kita ingin dipulihkan tanpa harus mengalami kehancuran. Kita ingin dipulihkan namun tidak memiliki kerendahan hati untuk dibentuk Tuhan. Padahal kehancuran adalah jalan menuju keutuhan. Mengapa demikian? Karena ketika kita hancur, kita benar-benar merasa bahwa kita ini...

#Lihatsaya

Resume and Reflection The End of Me Chapter 4: Otentik Supaya Diterima Posisi menjadi orang yang menang dalam pertarungan atau mungkin dalam perdebatan kecil rasanya menyenangkan bukan? Selain terlihat hebat,  kemenangan semu ini menjadi motivasi terbesar untuk diulangi lagi dikesempatan berikutnya. Begitupun ketika manusia menjalani hidup, kadang sebuah kemenangan menggiring manusia melakukan banyak hal untuk memperolehnya. Tidak jarang segala cara dilakukan dengan semangat yang totalitas dan usaha maksimal yang dikerahkan hanya untuk terlihat “hebat”, sempurna dimata orang lain. Saya gak tau Tuhan bakal tanya apa ke saya mengenai hidup saya. Mungkin pertanyaannya jadi “Seberapa hebat kamu dalam menunjukkan kehebatan yang kamu miliki” atau malah Tuhan justru tanya “Seberapa otentik kamu untuk menampilkan apa adanya dirimu dengan segala keterbatasanmu sehingga kamu mengindahkanKu”. Bukan bahasan baru bagi orang Kristen, ketidakotentikan atau kepalsuan rentan sekali terjadi....

Gaya Hidup Agung

Orang Kristen pada umumnya memiliki hasrat untuk tetap mempertahankan hidup yang kudus, hidup yang suci, hidup yang berkenan pada Allah, apapun itu sebutannya.  Saya menemukan frasa penting yang pada akhirnya membuat saya lebih memahami, apa maunya Tuhan bagi hidup saya sebagai seorang Kristen. "Gaya Hidup Agung" berhasil membuat saya memikirkan banyak hal yang saya kerjakan di dunia. Pdt. Ferry Novianto dlm kotbahnya di GKY Palopo 18 Nov 2018 mengajak kami membahas mengenai Zakeus di Lukas 19:1-10. Disitu dibahas bagaimana perbedaan cara pandang Zakeus terhadap Yesus VS Yesus terhadap Zakeus. Ditemukan beberapa kata bukan dalam arti Bahasa Indonesia, menilik kata "melihat" yang dilakukan Zakeus dan Yesus adalah kata kerja yang berbeda. Tentu ketika kita menikmati Furman Tuhan, teladan yang patut kita perhatikan adalah Yesus. Yesus mencari Zakeus dengan seksama. Bukan hanya sekedar mencari dan melihat, visi Allah sangat jelas dinyatakan ketika Yesus mau ia menger...

Siapa yang patut diandalkan?!

Menghabiskan banyak waktu di perantauan sepi tentu tidak mudah. Sama halnya ketika menulis (lagi) kali ini. Benar-benar ditemani sepi dan ruangan kosong. Sepertinya memang cocok situasi seperti ini untuk memikirkan banyak hal. Selalu terbiasa sepi dan kosong nyatanya tidak membuat saya tetap suka dengan keadaan seperti ini. September ceria nyatanya tidak selalu semenyenangkan itu. Siapa (lagi) yang patut diandalkan? Saat-saat ini hanya butuh konsentrasi untuk mengurusi banyak hal yang tertinggal di belakang. Rasanya tidak satupun yang mengerti bagaimana berjuang keras di kota ini sementara kondisi dan situasi seolah juga tidak bisa diandalkan. Jadi siapa yang patut diandalkan! Saya hanya bisa andalkan Sang Pencipta, yang menciptakan situasi ini bagi saya. Sempat terpikir untuk apa saya jauh-jauh begini mengandalkan dan memercayai sesuatu yang meyakinkan. Bahkan dalam hitungan 1 lustrum belum cukup untuk menguji sebuah kepercayaan. Tak berharap akan 1 windu, 1 dekade, bahkan 1...