Langsung ke konten utama

Postingan

DIA BERSAMAKU DI BURITAN

Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"   Suasana yang begitu mudah dibayangkan, pun ketika badai kecil dan badai besar terjadi dalam hidup. Nelayan kawakan yang begitu hebat menakukkan badaipun takut, apalagi manusia papa satu ini yang tak mengerti apa-apa mengenai badai hidup? Jangankan berdiri mencari pertolongan, dudukpun sudah takut. Karena tak tau kepada siapa atau kepada apa mempertaruhkan nyawa diri sendiri. Lantas, yang Empunya hidup, surprisingly and effortless said “Diam! Tenanglah!” “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak mempercayakan hidupmu kepada-Ku?” “Oh, iya Tuha...
Postingan terbaru

Balada Penerka - Beres-beres

"Menurutku, seringkali beberes gak selalu jadi aktivitas yang baik. Kadang jadi suka ngeluh, setelah beres besoknya berantakan lagi.  Tapi mungkin karena beberes nya gak maksimal dan gak efektif. Maksudnya, gak mikir seberapa sering dipake atau seberapa penting disimpan." -YES-  Bener kan ya yg aku pikirkan?! Ada yg mungkin suka julid ke ibu2 rumah tangga yg katanya gak ada kerjaan kalo di rumah. Padahal, ngurus rumah bukan suatu hal yg bs dianggap enteng. Udah buktikan sendiri sih, meskipun belum punya pasangan atau anak, aku bener2 coba jd Ibu sesungguhnya dengan sekuat tenaga ngurus laundry-cooking-tidiness sendirian seharian. Capek. Besokannya kalo nemu yg berantakan rasanya gatel banget pingin rapikan. Tapi apa daya, kadang sibuk terlalu egois untuk diprioritaskan. Jadi yah, memang aktivitas beres-beres itu melelahkan sih. Hanya, sedikit gembira karena setelahnya enak dipandang mata. Ini cerita masalah hati lagi (genre yg paling disukai). Harus appreciate diri sen...

Christmas, what should I’ll take to embrace?

Jika kita orang Kristen, secara natural (esensi atau enggak) kita berusaha untuk memaknai kelahiran Kristus setiap Desember bukan? Mungkin yang kita renungkan tercermin dari caption atau pesan natal yang kita kirimkan kepada sahabat dan kerabat. Semoga damai Kristus terus beserta, Kiranya sukacita natal tetap dirasakan, dan kalimat-kalimat format yang lain sering kan kita jumpai setiap Desember. That’s why harus selalu cari terus, apa nih yang Tuhan mau untuk kita lakukan setiap kita menyambut Natal. Satu bulan belakangan ini Tuhan memberikan perenungan yang amat berarti bagi saya secara pribadi. Mengenai hikmat Allah dalam pengharapan hidup. Sepertinya itu kalimat yang cukup mewakili mengenai bagaimana hikmat Allah menjadi satu-satunya sumber pengharapan terbesar supaya saya terus belajar menggumuli iman. Dan berterima kasih kepada Tuhan karena banyak sekali peristiwa di tahun ini yang mengajarkan saya untuk menyerah kepada Allah dibanding bersi keras untuk setiap perencanaan...

Jeda

Jeda sekarang sebab beda membayang Terima kasih sudah jahat Aku jadi kuat Maaf berburuk sangka Sepertinya aku kan lupa Harap harap bertatap Tak ku yakin kau ingat Yang kucari, kutemukan, lalu hilang yang kukejar, kutangkap, lalu pergi Yang sudah biar, biar yang sudah Sendu mengikat kan lepas jerat

Direndahkan supaya ditinggikan

Resume and Reflection The End of Me Chapter 3: Direndahkan supaya ditinggikan Ketika dunia menawarkan hal-hal yang akan membawa kita untuk naik ke atas, ke tempat tinggi yang dapat dilihat semua orang, Yesus justru meminta kita untuk berada di titik rendah. Orang yang tidak dipandang, dan yang cenderung dilupakan, justru berada dalam kategori Yesus. Yesus berkata bahwa jalan menuju ke atas (surga) adalah dengan bergerak ke bawah. Kebesaran adalah kerendahan hati. Kesombongan merupakan hal yang sering tidak kita sadari. Lucunya, ketika kita merasa sudah rendah hati, justru disitulah kita sedang meninggikan diri. Orang Farisi adalah contoh orang yang tidak sadar bahwa dirinya berdosa. Orang Farisi merasa diri mereka sudah cukup benar karena menaati hukum Taurat. Tetapi sejatinya mereka lupa, bahwa merasa diri benar adalah sebuah kesalahan. Merasa diri benar adalah kesombongan besar. Acap kali melihat orang berdosa, orang Farisi justru mengucap syukur karena tidak seperti orang-...

Kita semua telah rusak (Roma 3:23)

Resume and Reflection The End of Me Chapter 1: Dihancurkan supaya dijadikan Utuh Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa kita semua telah rusak. Tapi pertanyaannya adalah apakah kita mampu mengakuinya atau tidak? Semakin kita tidak bisa melihat (menyadari) bahwa diri kita rusak, maka semakin berat kerusakan kita. Setiap orang dengan egonya masing2 pasti ingin selalu terlihat baik dan sempurna. Tetapi yang Tuhan inginkan adalah kita mengakui kerusakan kita dan menjadi apa adanya di hadapanNya. Yesus memberkati jiwa2 yang paling miskin di hadapan Allah dan menghardik jiwa2 yang paling mentereng, paling kaya, dan paling angkuh. Ketika kita sudah menyadari kerusakan kita, Yesus akan memulihkan jiwa kita. Tetapi seringnya kita ingin dipulihkan tanpa harus mengalami kehancuran. Kita ingin dipulihkan namun tidak memiliki kerendahan hati untuk dibentuk Tuhan. Padahal kehancuran adalah jalan menuju keutuhan. Mengapa demikian? Karena ketika kita hancur, kita benar-benar merasa bahwa kita ini...

#Lihatsaya

Resume and Reflection The End of Me Chapter 4: Otentik Supaya Diterima Posisi menjadi orang yang menang dalam pertarungan atau mungkin dalam perdebatan kecil rasanya menyenangkan bukan? Selain terlihat hebat,  kemenangan semu ini menjadi motivasi terbesar untuk diulangi lagi dikesempatan berikutnya. Begitupun ketika manusia menjalani hidup, kadang sebuah kemenangan menggiring manusia melakukan banyak hal untuk memperolehnya. Tidak jarang segala cara dilakukan dengan semangat yang totalitas dan usaha maksimal yang dikerahkan hanya untuk terlihat “hebat”, sempurna dimata orang lain. Saya gak tau Tuhan bakal tanya apa ke saya mengenai hidup saya. Mungkin pertanyaannya jadi “Seberapa hebat kamu dalam menunjukkan kehebatan yang kamu miliki” atau malah Tuhan justru tanya “Seberapa otentik kamu untuk menampilkan apa adanya dirimu dengan segala keterbatasanmu sehingga kamu mengindahkanKu”. Bukan bahasan baru bagi orang Kristen, ketidakotentikan atau kepalsuan rentan sekali terjadi....