Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Suasana yang begitu mudah dibayangkan, pun ketika badai kecil dan badai besar terjadi dalam hidup. Nelayan kawakan yang begitu hebat menakukkan badaipun takut, apalagi manusia papa satu ini yang tak mengerti apa-apa mengenai badai hidup? Jangankan berdiri mencari pertolongan, dudukpun sudah takut. Karena tak tau kepada siapa atau kepada apa mempertaruhkan nyawa diri sendiri. Lantas, yang Empunya hidup, surprisingly and effortless said “Diam! Tenanglah!” “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak mempercayakan hidupmu kepada-Ku?” “Oh, iya Tuha...
"Menurutku, seringkali beberes gak selalu jadi aktivitas yang baik. Kadang jadi suka ngeluh, setelah beres besoknya berantakan lagi. Tapi mungkin karena beberes nya gak maksimal dan gak efektif. Maksudnya, gak mikir seberapa sering dipake atau seberapa penting disimpan." -YES- Bener kan ya yg aku pikirkan?! Ada yg mungkin suka julid ke ibu2 rumah tangga yg katanya gak ada kerjaan kalo di rumah. Padahal, ngurus rumah bukan suatu hal yg bs dianggap enteng. Udah buktikan sendiri sih, meskipun belum punya pasangan atau anak, aku bener2 coba jd Ibu sesungguhnya dengan sekuat tenaga ngurus laundry-cooking-tidiness sendirian seharian. Capek. Besokannya kalo nemu yg berantakan rasanya gatel banget pingin rapikan. Tapi apa daya, kadang sibuk terlalu egois untuk diprioritaskan. Jadi yah, memang aktivitas beres-beres itu melelahkan sih. Hanya, sedikit gembira karena setelahnya enak dipandang mata. Ini cerita masalah hati lagi (genre yg paling disukai). Harus appreciate diri sen...